Pemberi Kuasa Menarik Kembali Pemberian Kuasanya
Berbeda halnya dengan perjanjian yang menuntut persetujuan kedua belah pihak dalam rangka mengakhiri perjanjian, suatu Pemberian Kuasa dapat berakhir dengan penarikan kembali Pemberian Kuasa tersebut secara sepihak oleh Pemberi Kuasa. Pemberi Kuasa dapat menarik kembali secara sepihak Pemberian Kuasa tanpa memerlukan persetujuan dari Penerima Kuasa. Hal tersebut dapat dilakukan oleh Pemberi Kuasa secara tegas maupun secara diam-diam.Penarikan kembali secara tegas dilakukan oleh Pemberi Kuasa dengan cara mencabut Pemberian Kuasa tersebut secara tertulis atau meminta kembali surat kuasa dari Penerima Kuasa. Penarikan Pemberian Kuasa secara diam-diam dapat dilakukan oleh Pemberi Kuasa dengan cara mengangkat kuasa baru untuk substansi Pemberian Kuasa yang sama.
Penarikan kembali Pemberian Kuasa secara sepihak ini tentu memberikan ketidakpastian hukum diantara para pihak, terutama pihak Penerima Kuasa. Oleh sebab itu, dalam praktek dikenal adanya Pemberian Kuasa Mutlak, yaitu Pemberian Kuasa yang tidak dapat ditarik kembali secara sepihak oleh Pemberi Kuasa. Meskipun hal tersebut bertentangan dengan pasal 1313 KUHPer, namun dalam praktek hal tersebut dapat dilakukan dan telah dipedomani oleh yurisprudensi. Dengan demikian, apabila para pihak memperjanjikan bahwa suatu Pemberian Kuasa tidak dapat ditarik kembali secara sepihak, maka untuk penarikan tersebut harus mengikuti aturan pasal 1338 KUHPer tentang kebebasan berkontrak, yakni harus adanya persetujuan dari Penerima Kuasa.
Penerima Kuasa Melepaskan Kembali Pemberian Kuasanya
Seperti halnya Pemberi Kuasa, Penerima Kuasa juga dapat melepaskan Pemberian Kuasa yang diberikan kepadanya secara sepihak. Pelepasan Pemberian Kuasa oleh Penerima Kuasa itu dapat dilakukan dengan cara memberitahukan maksud tersebut kepada Pemberi Kuasa (1817 KUHPer). Namun demikian, pelepasan Pemberian Kuasa secara sepihak ini harus dilakukan oleh Penerima Kuasa dalam suatu kondisi yang layak, dalam arti pelepasan tersebut tidak akan mengakibatkan kerugian bagi si Pemberi Kuasa.
Pemberi Kuasa atau Penerima Kuasa meninggal dunia, berada dibawah pengampuan, Mengalami Pailit, atau Terjadinya Perkawinan Diantara Mereka
Dengan meninggalnya salah satu pihak, dengan sendirinya Pemberian Kuasa itu berakhir (1813 KUHPer). Pemberian Kuasa tidak dapat dilanjutkan kepada ahli waris pihak yang meninggal dunia kecuali dibuat Pemberian Kuasa yang baru. Demikian pula jika salah satu pihak atau keduanya berada di bawah pengampuan atau dinyatakan pailit, maka Pemberian Kuasa diantara mereka berakhir. Juga apabila diantara Pemberi Kuasa dan Penerima Kuasa terjadi perkawinan, maka dengan sendirinya Pemberian Kuasa diantara mereka berakhir.